Meningkatkan Literasi Dini dengan Budaya Dongeng

UPI Humanika
3 min readJul 7, 2023

--

Oleh: Rona Bassama

Literasi pada awalnya berarti kemampuan dalam membaca dan menulis, akan tetapi saat ini literasi berkembang menjadi arti yang lebih luas. Literasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mengukur suatu kemajuan dalam hal pendidikan dan budaya di suatu negara. UNESCO menyebutkan Indonesia menempati peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia, UNESCO juga menyebutkan bahwa minat baca orang Indonesia hanyalah 0,001%. Dari data di atas kita dapat menyimpulkan perlunya peningkatan literasi dalam masyarakat Indonesia. Jika diamati, masyarakat Indonesia telah menganggap bahwa membaca dan menulis merupakan suatu hal yang membosankan dan membuang waktu mereka. Sehingga sudut pandang tersebut perlu dihapuskan dengan penanaman kebiasaan sejak dini pada masing masing masyarakat.

Dongeng, hampir setiap orang tidak asing dengan kosakata tersebut. Dongeng identik dengan anak anak dan khayalan. Bila diingat, sedari kecil saya selalu dijejalkan berbagai macam dongeng di setiap malam oleh Sang Ayah. Mulai dari mitos terbentuknya gerhana matahari hingga dongeng peri peri kecil, dari dongeng dongeng yang dibacakan lewat buku hingga dongeng yang dikarang oleh Ayah saya entah berasal dari mana idenya. Sepertinya hal tersebut tidak hanya menjadi kebiasaan atau tradisi di keluarga saya, masyarakat luaspun kebanyakan pasti mengalaminya. Sehingga, dongeng seakan akan menjadi budaya yang mengalir di masyarakat.

Menurut KBBI, dongeng merupakan cerita yang benar benar tidak terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh aneh). Dongeng adalah salah satu cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya serta berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia. Pada mulanya dongeng berkaitan dengan kepercayaan masyarakat primitif terhadap sesuatu yang bersifat supranatural dan mengimplementasikannya dalam kehidupan manusia, seperti animisme, dinamisme dan lain lain. Istilah dongeng dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal atau fantasi (Wikipedia).

Dalam masyarakat dongeng dituturkan secara lisan, dan bersifat anonim, atau tidak diketahui siapa pengarangnya. Perjalanan dongeng turun temurun dari satu generasi ke generasi lain. Walaupun tidak masuk akal dan berisi khayalan khayalan pengarang, dongeng memiliki pesan moral yang kuat dan mudah diingat oleh anak anak sehingga cocok untuk membentuk karakter mereka, sehingga, budaya dongeng yang mengalir di masyarakat memang patut untuk dipertahankan.

Selain itu, mendongeng dapat meningkatkan daya imajinasi seorang anak, sehingga bisa mengembangkan pola berpikir mereka. Dengan mendongeng maka anak anak akan tertarik untuk mendengarkan berbagai cerita yang dibawakan, dalam mendongeng upayakan kita juga membawa buku cerita tersebut, sehingga anak anak penasaran dan dapat ikut membaca. Penampilan sebuah buku juga menjadi poin penting dalam menarik perhatian seorang anak.

Budaya mendongeng dari zaman ke zaman sudah mulai luntur. Para orang tua kebanyakan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengedukasi anak melalui mendongeng, alternatif yang mereka lakukan seperti memberi ponsel kepada anak secara dini, justru tidak bagus, dikarenakan hal tersebut membuat anak anak terlalu asyik dengan dunia elektronik dan menjadi malas membaca. Selain itu kesehatan mata anak dapat terganggu dikarenakan radiasi dari barang elektronik, sehingga penting bagi orang tua untuk tetap mengawasi penggunaan barang elektronik pada anak, atau bahkan tidak memberikannya terlebih dahulu.

Sehingga budaya mendongeng dapat menjadi alternatif pengganti untuk menghibur sang anak. Dalam mendongeng anak menjadi lebih pintar berimajinasi, sehingga dapat mengembangkan pola pikirnya. Selain itu, mereka dapat menyimpan lebih banyak memori dari dongeng yang kita berikan. Apalagi, di usia dini, otak lebih banyak merekam sehingga tingkah laku mereka banyak ditentukan oleh bagaimana orang tua, guru, atau lingkungan sekitar mereka mendidik. Sehingga budaya mendongeng sangat tepat dilakukan dalam hal ini.

Budaya membaca sejak dini sangat penting diterapkan dalam diri tiap masyarakat. Sehingga mereka akan menganggap bahwa membaca adalah sebuah kebiasaan yang sering dilakukan. Banyak sekali fakta yang menyebutkan bahwa anak yang terbiasa membaca sejak dini akan tumbuh menjadi lebih pintar daripada anak yang tidak terbiasa dengan budaya membaca. Membaca dapat membuat otak mereka terangsang, dan membangun pengetahuan mereka tentang dunia dan bertindak sebagai dasar dari semua pembelajaran di masa depan.

Saat ini banyak masyarakat yang acuh terhadap budaya membaca, padahal literasi merupakan elemen penting dari maju atau tidaknya suatu bangsa, sehingga kita perlu menerapkannya sejak dini. Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam kemajuan Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia harus ikut berkontribusi dalam meningkatkan literasi sehingga terwujud Indonesia yang memiliki tingkat literasi yang tinggi.

Referensi:

Wibisono, Nuran. “Sejarah Dongeng: Dari Zaman Penrunggu hingga Era Digital.” Tirto.id, 21 Nov. 2018, https://tirto.id/sejarah-dongeng-dari-zaman-perunggu-hingga-era-digital-dajC. Diakses pada 4 Juli 2023.

DP3AKB Provinsi Jawa Barat. “Ini 12 Manfaat Dongeng Bagi Perkembangan Anak.” DP3AKB Jawa Barat, 22 Nov. 2017, https://dp3akb.jabarprov.go.id/official/ini-12-manfaat-dongeng-bagi-perkembangan-anak/ Diakses pada 5 Juli 2023.

--

--

UPI Humanika

Sebuah Badan Semi Otonom (BSO) yang bergerak dalam bidang unit penalaran ilmiah dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada